Senin, 29 Juni 2015

Penggunaan Rimpang Jahe dan Mengkudu dalam Pengobatan TB



Penyakit Tuberkulosis
A.  Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyakit menular pembunuh utama global. TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menghasilkan infeksi laten atau progresif, TB menyebabkan kerusakan jaringan progresif dan akhirnya dapat menyebabkan kematian. Karena upaya memperbaiki kesehatan masyarakat, tingkat TB di Amerika Serikat terus menurun. Sebaliknya, TB tetap keluar kontrol di banyak negara berkembang ke titik bahwa sepertiga dari populasi dunia saat ini terinfeksi. Sekitar 1 orang meninggal dari TB di India setiap menit (Times of India, 29 Agustus 2003). Mengingat meningkatnya resistensi obat, sangat penting bahwa upaya besar dilakukan untuk mengontrol TB sebelum obat yang paling efektif hilang secara permanen. (Dipiro, dkk. 2008: 1872)
B.  Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan suatu definisi kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe penderita. Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk menetapkan paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai (Tim Penyususn Pharmaceutical Care TB. 2005: 15)
Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi-kasus, yaitu:
1.  Organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2.  Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung: BTA positif atau BTA negatif;
3.  Riwayat pengobatan sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati;
4.  Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman, maka tuberculosis dibedakan menjadi Tuberkulosis Paru, Tuberkulosis Ekstra Paru.
a.    Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchym paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam:
1.    Tuberkulosis Paru BTA Positif.
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
2.    Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB Paru BTA Negatif Rontgen Positif dibagi  berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses "far advanced" atau millier), dan/atau keadaan umum penderita buruk.
b.    Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1.    TB Ekstra Paru Ringan
Misalnya: TB kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2.    TB Ekstra-Paru Berat
Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.

Berdasarkan riwayat pengobatan penderita, dapat digolongkan atas tipe:
a.    Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian).
b.    Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
c.    Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah (Form TB. 09).
d.   Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian dating kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
e.    Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih; atau penderita dengan hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan.
f.     Kronis adalah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2. (Tim Penyususn Pharmaceutical Care TB. 2005: 17)

Kandungan Rimpang Jahe Merah dan Buah Mengkudu
a.    Kandungan Rimpang Jahe untuk Pengobatan Tuberkulosis
Menurut Farmakope Belanda, Zingiber rhizoma (rimpang jahe) yang berupa umbi Zingiber officinale mengandung 6% bahan obat-obatan yang sering dipakai sebagi rumusan obat-obatan atau sebagai obat resmi di 23 negara. Menurut daftar prioritas WHO, jahe merupakan tanaman obat-obatan yang paling banyak dipakai di dunia. Secara empiris, jahe diketahui berkhasiat merangsang kelenjar pencernaan sehingga baik untuk membangkitkan nafsu makan. Minyak jahe yang berisi gingerol, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah. Jahe segar yang ditumbuk halus juga dapat digunakan sebagai obat luar untuk mengatasi mulas. Beberapa khasiat jahe juga telah dibuktikan secara ilmiah melalui penelitian di laboratorium. Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah, penyebab utama stroke dan serangan jantung. Jahe dapat mencegah mual melalui proses blokade serotonin jahe berkhasiat sebagai antibakteri. Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis yang bersifat patogen terhadap saluran pencernaan manusia dapat dihambat pertumbuhan koloninya dengan ekstrak jahe. Namun ekstrak jahe lebih aktif menghambat pertumbuhan koloni bakteri B.subtilis dibandingkan dengan bakteri E.coli (Nursal, 2006). Bakteri E.coli dapat menyebabkan gastroentritis pada manusia, sedangkan B.subtilis dapat menyebabkan kerusakan pada makanan kaleng yang juga dapat menyebabkan gastroentritis pada manusia yang mengkonsumsinya.
Jenis bakteri patogen lain yang dapat dihambat pertumbuhannya adalah bakteri penyebab tuberkulosis, bakteri periodontal yang menyebabkan periodontitis, dan bakteri yang menyerang saluran pernafasan. Ekstrak etanol rimpang jahe merah menunjukkan aktivitas antituberkulosis terhadap M.tuberkulosis galur H37Rv, Labkes-232, dan Labkes-450 masing-masing pada minggu ke-2,2 dan 3 (Neng, 2006). Melalui metode tertentu pada uji penapisan antibakteri, kita dapat mengetahui pada minggu keberapa aktivitas penghambatan pertumbuhan koloni bakteri terjadi. Ekstrak rimpang jahe dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif seperti bakteri yang menyerang saluran pernafasan, diantaranya Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (Akoachere et.al, 2002). [10]-gingerol dan [12]-gingerol, yaitu senyawa yang berhasil diisolasi dari rimpang jahe menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat secara in vitro melawan bakteri anaerob yang menyebabkan periodontitis pada rongga mulut manusia (Park, 2008).
b.      Kandungan Buah Mengkudu
Berdasarkan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis (2002) pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan TB memerlukan paduan obat antituberkulosis (OAT) yang adekuat yaitu dalam jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan. Umumnya diperlukan waktu 6-8 bulan hingga semua M. tuberculosis (termasuk yang persisten) dapat dieradikasi. Lamanya waktu pengobatan menyebabkan banyaknya penderita TB yang putus obat selama pengobatan. Oleh karena itu, perlu dicari obat alternatif yang dapat mempercepat waktu pengobatan penderita sehingga dapat meningkatkan angka kesembuhan (Depkes R.I., 2002).
Penelitian Sugihartina (2004) menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) dan buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) mampu menghambat pertumbuhan M. tuberculosis yang sensitif maupun yang resisten terhadap OAT secara in vitro pada konsentrasi 10 µg/mL. Hasil tersebut diperoleh setelah menguji aktivitas ekstrak etanol sebelas tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat untuk mengobati batuk berdarah ataupun batuk menahun terhadap M. tuberculosis yang sensitif dan resisten. Kesebelas tanaman tersebut yaitu bulbus bawang putih (Allium sativum Linn.), bulbus bawang merah (Allium cepa Linn.), lendir-daun lidah buaya (Aloe vera L. Webb.), rimpang kunyit (Curcuma longa Linn.), rimpang temu putih (C. zedoaria (Berg.) Rosc.), rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), rimpang lempuyang wangi (Z. aromaticum Val.), antanan (Centela asiatica (L.) Urb.), bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis Linn.), biji selasih (Ocimum basilicum L.), dan buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) (Sugihartina, 2004).
Penelitian Surya (2005) menunjukkan bahwa ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. sunti Val.) memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan M. tuberculosis galur H37Rv dan galur 552 yang paling kuat dengan konsentrasi hambat minimum (KHM) 5 µg/mL dibandingkan dengan varietas jahe lainnya yaitu jahe gajah dan jahe emprit (Surya, 2005).
Agusta (2005) mengamati bahwa kombinasi ekstrak etanol jahe merah dan mengkudu pada perbandingan 2,5 : 2,5 µg/mL, 250 : 250 µg/mL, dan 500 : 500 µg/mL berturut-turut menghambat pertumbuhan M. tuberculosis galur H37Rv, galur 552, dan galur 223 (Agusta, 2005).
Uji toksisitas subkronis ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. sunti Val.), ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.), dan kombinasinya yang dilakukan Qowiyyah (2006) menunjukkan bahwa penggunaan berulang ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb tidak mempengaruhi perilaku dan aktivitas motorik, parameter hematologi, parameter urin, dan indeks tukak. Penggunaan berulang ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb dapat meningkatkan bobot badan tikus jantan bermakna terhadap kontrol (p<0,05). Aktivitas imunomodulator diperlihatkan oleh kelompok ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb. Penggunaan berulang ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb tidak memberikan efek toksik sedangkan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu dosis 1.000 mg/kg bb bersifat hepatotoksik ringan dan nefrotoksik yang dapat pulih (Qowiyyah, 2006).
Hasil penelitian Sovia (2006) menunjukkan bahwa konversi dahak BTA positif menjadi BTA negatif pada minggu keenam setelah pemberian ekstrak buah mengkudu dosis 0,5 g perhari disamping OAT lebih cepat daripada setelah pemberian ekstrak rimpang jahe merah dosis 0,5 g perhari maupun plasebo. Selain itu, ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak buah mengkudu tidak mempengaruhi fungsi hati dan fungsi ginjal. Angka kejadian yang tidak diinginkan pada penderita yang diberi ekstrak rimpang jahe merah dosis 0,5 g perhari dan buah mengkudu dosis 0,5 g perhari lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok plasebo (Sovia, 2006)
Penelitian Surialaga (2006) tentang penggunaan kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu sebagai obat komplementer pada penanganan TB selama fase intensif (dua bulan pertama pengobatan) menunjukkan bahwa konversi dahak BTA positif menjadi BTA negatif pada minggu kedua setelah pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu (1:1) dosis 1 g perhari berbeda secara bermakna dengan kelompok plasebo sedangkan dosis 0,5 g perhari tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok plasebo. Selain itu, kecenderungan penambahan berat badan pada kelompok yang menerima kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu (1:1) dosis 1 g perhari lebih besar dibandingkan dengan kelompok dosis 0,5 g perhari dan kelompok plasebo (Surialaga, 2006).




DAFTAR PUSTAKA
Agusta, V.M., 2005. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu dan Kombinasinya dengan Rimpang Jahe terhadap Mycobacterium tuberculosis, Skripsi, Departemen Farmasi FMIPA ITB, Bandung, 21-22.
Antara, N.T, Pohan, H.G. dan Subagja. 2001. Pengaruh tingkat kematangan dan proses terhadap karakteristik sari buah mengkudu. Warta IHP/J. of Agro- Based Industry 18(1−2): 25.
Depkes R.I., 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dipiro, Joseph, dkk. 2008. Pharmacoterapy Handbook Sixth Edition. USA : The Mc Graw Hill Company,1872.
Nursal.2006. Bioaktifitas Ekstrak Etanol Jahe (Zingiber officinale Roxb) Dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escheria coli dan Bacillus subtilis.Volume 2(2) : Program Studi Pendidika n Biologi FKIP UNRI : Riau.
Park, Miri. 2008. Antibacterial Activity of [10]-Gingerol and [12]-Gingerol isolated from Ginger Rhizome Against Periodontal Bacteria, Phytother. Res. 22, 1446.
Qowiyyah, A. 2006. Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var. suntiVal.), Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda citrifoliaLinn.), dan Kombinasinya pada Tikus Galur Wistar, Tesis magister, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 32.
Sovia, E., 2005.  Khasiat Ekstrak Buah Mengkudu dan Rimpang Jahe Merah Sebagai Obat Penunjang dalam Penanganan Tuberkulosis, Tesis magister, Institut Teknologi Bandung : Bandung, 30.
Surialaga, S., 2006.  Efektivitas Kombinasi Ekstrak rimpang Jahe Merah dan Ekstrak Buah Mengkudu Sebagai obat Komplementer Penanganan Tuberkulosis, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Teknologi Bandung, 54.
Surya, V.S. 2005. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Tiga Varietas Rimpang Jahe terhadap Mycobacterium tuberculosis, skripsi sarjana, Institut Teknologi  Bandung, Bandung, 3: 24.
Tim Penyususn Pharmaceutical Care TB. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Jakarta :  Departemen Kesehatan RI, 14-18.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar