Penyakit Tuberkulosis
A. Pengertian Tuberkulosis
Tuberkulosis (TB) masih
menjadi penyakit menular pembunuh utama global. TB disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menghasilkan infeksi laten atau
progresif, TB menyebabkan kerusakan jaringan progresif dan akhirnya dapat
menyebabkan kematian. Karena upaya memperbaiki kesehatan masyarakat, tingkat TB
di Amerika Serikat terus menurun. Sebaliknya, TB tetap keluar kontrol di banyak
negara berkembang ke titik bahwa sepertiga dari populasi dunia saat ini terinfeksi.
Sekitar 1 orang meninggal dari TB di India setiap menit (Times of India, 29
Agustus 2003). Mengingat meningkatnya resistensi obat, sangat penting bahwa upaya
besar dilakukan untuk mengontrol TB sebelum obat yang paling efektif hilang
secara permanen. (Dipiro, dkk. 2008: 1872)
B. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis
Penentuan
klasifikasi penyakit dan tipe penderita tuberkulosis memerlukan suatu definisi
kasus yang memberikan batasan baku setiap klasifikasi dan tipe penderita.
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan OAT yang sesuai dan dilakukan sebelum pengobatan dimulai (Tim
Penyususn Pharmaceutical Care TB. 2005: 15)
Ada
empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi-kasus, yaitu:
1.
Organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra
paru;
2.
Hasil pemeriksaan dahak secara
mikroskopis langsung: BTA positif atau BTA negatif;
3.
Riwayat pengobatan sebelumnya: baru atau
sudah pernah diobati;
4.
Tingkat keparahan penyakit: ringan atau
berat.
Berdasarkan tempat/organ yang diserang oleh kuman,
maka tuberculosis dibedakan
menjadi Tuberkulosis Paru, Tuberkulosis Ekstra Paru.
a.
Tuberkulosis
paru adalah
tuberkulosis yang menyerang jaringan parenchym paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam:
1. Tuberkulosis
Paru BTA Positif.
Sekurang-kurangnya
2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, 1 spesimen dahak SPS hasilnya
BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
2. Tuberkulosis
Paru BTA Negatif
Pemeriksaan
3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif. TB Paru BTA Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya,
yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada
memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses "far
advanced" atau millier), dan/atau keadaan umum penderita buruk.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru adalah
tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
1. TB
Ekstra Paru Ringan
Misalnya:
TB kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
2. TB
Ekstra-Paru Berat
Misalnya:
meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TB
tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
Berdasarkan riwayat
pengobatan penderita, dapat digolongkan atas tipe:
a. Kasus Baru adalah penderita yang
belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan (30 dosis harian).
b. Kambuh (Relaps) adalah penderita
tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah
dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak
BTA positif.
c. Pindahan (Transfer In) adalah
penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian
pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa
surat rujukan / pindah (Form TB. 09).
d. Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out) adalah
penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau
lebih, kemudian dating kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
e. Gagal adalah penderita BTA
positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan
ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih; atau penderita dengan
hasil BTA negatif Rontgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2
pengobatan.
f. Kronis adalah penderita dengan
hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang kategori
2. (Tim Penyususn Pharmaceutical Care TB. 2005: 17)
Kandungan Rimpang Jahe Merah dan Buah Mengkudu
a.
Kandungan Rimpang Jahe untuk Pengobatan Tuberkulosis
Menurut Farmakope Belanda, Zingiber rhizoma (rimpang jahe) yang berupa umbi Zingiber officinale mengandung 6% bahan
obat-obatan yang sering dipakai sebagi rumusan
obat-obatan atau sebagai obat resmi di 23 negara. Menurut daftar prioritas WHO,
jahe merupakan tanaman obat-obatan yang paling banyak dipakai di dunia. Secara empiris, jahe diketahui berkhasiat merangsang
kelenjar pencernaan sehingga baik untuk membangkitkan nafsu makan. Minyak jahe
yang berisi gingerol, berkhasiat mencegah dan mengobati mual dan muntah. Jahe
segar yang ditumbuk halus juga dapat digunakan sebagai obat luar untuk
mengatasi mulas. Beberapa khasiat jahe juga telah dibuktikan secara ilmiah
melalui penelitian di laboratorium. Gingerol pada jahe bersifat antikoagulan,
yaitu mencegah penggumpalan darah. Jadi mencegah tersumbatnya pembuluh darah,
penyebab utama stroke dan serangan jantung. Jahe dapat mencegah mual melalui
proses blokade serotonin jahe berkhasiat sebagai antibakteri. Bakteri
Escherichia coli dan Bacillus subtilis yang bersifat patogen terhadap saluran
pencernaan manusia dapat dihambat pertumbuhan koloninya dengan ekstrak jahe.
Namun ekstrak jahe lebih aktif menghambat pertumbuhan koloni bakteri B.subtilis
dibandingkan dengan bakteri E.coli (Nursal, 2006). Bakteri E.coli dapat
menyebabkan gastroentritis pada manusia, sedangkan B.subtilis dapat menyebabkan
kerusakan pada makanan kaleng yang juga dapat menyebabkan gastroentritis pada
manusia yang mengkonsumsinya.
Jenis bakteri patogen lain yang dapat dihambat
pertumbuhannya adalah bakteri penyebab tuberkulosis, bakteri periodontal yang
menyebabkan periodontitis, dan bakteri yang menyerang saluran pernafasan.
Ekstrak etanol rimpang jahe merah menunjukkan aktivitas antituberkulosis
terhadap M.tuberkulosis galur H37Rv, Labkes-232, dan Labkes-450 masing-masing
pada minggu ke-2,2 dan 3 (Neng, 2006). Melalui metode tertentu pada uji
penapisan antibakteri, kita dapat mengetahui pada minggu keberapa aktivitas
penghambatan pertumbuhan koloni bakteri terjadi. Ekstrak rimpang jahe dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif seperti bakteri yang
menyerang saluran pernafasan, diantaranya Staphylococcus aureus, Streptococcus
pyogenes, Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae (Akoachere et.al,
2002). [10]-gingerol dan [12]-gingerol, yaitu senyawa yang berhasil diisolasi
dari rimpang jahe menunjukkan aktivitas antibakteri yang kuat secara in vitro
melawan bakteri anaerob yang menyebabkan periodontitis pada rongga mulut
manusia (Park, 2008).
b.
Kandungan Buah Mengkudu
Berdasarkan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis
(2002) pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan. Pengobatan TB memerlukan
paduan obat antituberkulosis (OAT) yang adekuat yaitu dalam jenis, dosis dan
jangka waktu pengobatan. Umumnya diperlukan waktu 6-8 bulan hingga semua M.
tuberculosis (termasuk yang persisten) dapat dieradikasi. Lamanya waktu pengobatan
menyebabkan banyaknya penderita TB yang putus obat selama pengobatan. Oleh
karena itu, perlu dicari obat alternatif yang dapat mempercepat waktu
pengobatan penderita sehingga dapat meningkatkan angka kesembuhan (Depkes R.I.,
2002).
Penelitian Sugihartina (2004) menunjukkan bahwa ekstrak
etanol rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.) dan buah mengkudu (Morinda
citrifolia Linn.) mampu menghambat pertumbuhan M. tuberculosis yang
sensitif maupun yang resisten terhadap OAT secara in vitro pada
konsentrasi 10 µg/mL. Hasil tersebut diperoleh setelah menguji aktivitas
ekstrak etanol sebelas tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat untuk mengobati
batuk berdarah ataupun batuk menahun terhadap M. tuberculosis yang
sensitif dan resisten. Kesebelas tanaman tersebut yaitu bulbus bawang putih (Allium
sativum Linn.), bulbus bawang merah (Allium cepa Linn.), lendir-daun
lidah buaya (Aloe vera L. Webb.), rimpang kunyit (Curcuma longa
Linn.), rimpang temu putih (C. zedoaria (Berg.) Rosc.), rimpang jahe (Zingiber
officinale Rosc.), rimpang lempuyang wangi (Z. aromaticum Val.),
antanan (Centela asiatica (L.) Urb.), bunga kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis Linn.), biji selasih (Ocimum basilicum L.), dan buah
mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) (Sugihartina, 2004).
Penelitian Surya (2005) menunjukkan bahwa ekstrak etanol
rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc. var. sunti Val.)
memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan M. tuberculosis galur H37Rv
dan galur 552 yang paling kuat dengan konsentrasi hambat
minimum (KHM) 5 µg/mL dibandingkan dengan varietas jahe lainnya yaitu jahe
gajah dan jahe emprit (Surya, 2005).
Agusta (2005) mengamati bahwa kombinasi ekstrak etanol jahe
merah dan mengkudu pada perbandingan 2,5 : 2,5 µg/mL, 250 : 250 µg/mL, dan 500
: 500 µg/mL berturut-turut menghambat pertumbuhan M. tuberculosis galur
H37Rv, galur 552, dan galur 223 (Agusta, 2005).
Uji toksisitas subkronis ekstrak etanol rimpang jahe merah (Zingiber
officinale Rosc. var. sunti Val.), ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda
citrifolia Linn.), dan kombinasinya yang dilakukan Qowiyyah (2006)
menunjukkan bahwa penggunaan berulang ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak
mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1)
dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb tidak mempengaruhi perilaku dan aktivitas
motorik, parameter hematologi, parameter urin, dan indeks tukak. Penggunaan
berulang ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg
bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan
1.000 mg/kg bb dapat meningkatkan bobot badan tikus jantan bermakna terhadap
kontrol (p<0,05). Aktivitas imunomodulator diperlihatkan oleh
kelompok ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb, ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg
bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan
1.000 mg/kg bb. Penggunaan berulang ekstrak jahe merah dosis 50 mg/kg bb,
ekstrak mengkudu dosis 50 mg/kg bb, dan kombinasi ekstrak jahe merah dan
mengkudu (1:1) dosis 50, 400, dan 1.000 mg/kg bb tidak memberikan efek toksik
sedangkan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu dosis 1.000 mg/kg bb
bersifat hepatotoksik ringan dan nefrotoksik yang dapat pulih (Qowiyyah, 2006).
Hasil penelitian Sovia (2006) menunjukkan bahwa konversi
dahak BTA positif menjadi BTA negatif pada minggu keenam setelah pemberian
ekstrak buah mengkudu dosis 0,5 g perhari disamping OAT lebih cepat daripada
setelah pemberian ekstrak rimpang jahe merah dosis 0,5 g perhari maupun
plasebo. Selain itu, ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak buah mengkudu tidak
mempengaruhi fungsi hati dan fungsi ginjal. Angka kejadian yang tidak
diinginkan pada penderita yang diberi ekstrak rimpang jahe merah dosis 0,5 g
perhari dan buah mengkudu dosis 0,5 g perhari lebih sedikit dibandingkan dengan
kelompok plasebo (Sovia, 2006)
Penelitian Surialaga (2006) tentang penggunaan kombinasi
ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu sebagai obat komplementer pada
penanganan TB selama fase intensif (dua bulan pertama pengobatan) menunjukkan
bahwa konversi dahak BTA positif menjadi BTA negatif pada minggu kedua setelah
pemberian kombinasi ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu (1:1) dosis 1
g perhari berbeda secara bermakna dengan kelompok plasebo sedangkan dosis 0,5 g
perhari tidak berbeda secara bermakna dengan kelompok plasebo. Selain itu,
kecenderungan penambahan berat badan pada kelompok yang menerima kombinasi
ekstrak rimpang jahe merah dan buah mengkudu (1:1) dosis 1 g perhari lebih
besar dibandingkan dengan kelompok dosis 0,5 g perhari dan kelompok plasebo
(Surialaga, 2006).
DAFTAR PUSTAKA
Agusta, V.M., 2005. Uji
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah
Mengkudu dan Kombinasinya dengan Rimpang Jahe terhadap Mycobacterium
tuberculosis, Skripsi, Departemen Farmasi FMIPA ITB, Bandung, 21-22.
Antara, N.T, Pohan,
H.G. dan Subagja. 2001. Pengaruh tingkat kematangan dan proses terhadap
karakteristik sari buah mengkudu. Warta IHP/J. of Agro- Based Industry
18(1−2): 25.
Depkes R.I., 2002. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Dipiro, Joseph, dkk.
2008. Pharmacoterapy Handbook Sixth
Edition. USA : The Mc Graw Hill Company,1872.
Nursal.2006. Bioaktifitas Ekstrak Etanol Jahe (Zingiber officinale Roxb) Dalam
Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escheria coli dan Bacillus subtilis.Volume
2(2) : Program Studi Pendidika n Biologi FKIP UNRI : Riau.
Park, Miri. 2008. Antibacterial Activity of [10]-Gingerol and
[12]-Gingerol isolated from Ginger Rhizome Against Periodontal Bacteria,
Phytother. Res. 22, 1446.
Qowiyyah, A. 2006. Uji Toksisitas Subkronis Ekstrak Etanol
Rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. var. suntiVal.), Ekstrak Etanol
Buah Mengkudu (Morinda citrifoliaLinn.), dan Kombinasinya pada Tikus Galur
Wistar, Tesis magister, Institut Teknologi Bandung, Bandung, 32.
Sovia, E., 2005. Khasiat
Ekstrak Buah Mengkudu dan Rimpang Jahe
Merah Sebagai Obat Penunjang dalam Penanganan Tuberkulosis, Tesis magister,
Institut Teknologi Bandung : Bandung, 30.
Surialaga, S., 2006. Efektivitas
Kombinasi Ekstrak rimpang Jahe Merah dan Ekstrak Buah Mengkudu Sebagai obat
Komplementer Penanganan Tuberkulosis, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana,
Institut Teknologi Bandung, 54.
Surya, V.S. 2005. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Tiga Varietas
Rimpang Jahe terhadap Mycobacterium tuberculosis, skripsi sarjana, Institut
Teknologi Bandung, Bandung, 3: 24.
Tim Penyususn
Pharmaceutical Care TB. 2005. Pharmaceutical
Care untuk Penyakit Tuberkulosis. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI, 14-18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar