RESUME
PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI

DISUSUN
OLEH:
NAMA : MUHAMMAD DARWIS
NIM : 70100112021
KELAS : FARMASI A
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA – GOWA
2015
1. BCS (BIOPHARMACEUTICAL
CLASSIFICATION SYSTEM)
BCS (Biopharmaceutical
Classification System) adalah suatu sistem
untuk membedakan obat berdasarkan tingkat kelarutan dan permeabilitas
suatu obat dalam mencapai efek yang
optimum. Sistem BCS terbagi dalam beberapa kelas
sesuai dengan tingkat kelarutan dan permeabilitasnya yaitu :
A.
Kelas
I : Permeabilitas tinggi dan kelarutannya juga tinggi. Contoh obatnya yaitu
Metoprolol, Diltiazem, Verapamil, Propranolol.
Senyawa obat ini
diserap dengan baik dan tingkat penyerapannya
biasanya lebih tinggi dari ekskresi.
B.
Kelas
II : Permeabilitas tinggi dan kelarutannya rendah. Contoh obatnya yaitu glibenclamide, Ketokonazol, asam mefenamat,
Nifedipine.
Penyerapan untuk obat kelas II
biasanya lebih lambat dan terjadi selama periode yang lebih lama. Sebenarnya
obat golongan ini cukup permeabel dan dapat diserap dengan baik di dalam
duodenum dan jejunum proksimal. Namun, karena kelarutan rendah, maka
penyerapannya digeser lebih ke arah distal usus.
C.
Kelas
III :obat memiliki permeabilitas rendah dan kelarutannya tinggi. Contoh obatnya
yaitu cimetidine, Simetidin, Acyclovir, Neomycin, dan Captopril. Penyerapan obat kelas ini dibatasi oleh
laju permeasi tetapi obat ini sangat mudah larut.
D.
Kelas
IV : obat memiliki permeabilitas rendah dan daya kelarutannya rendah. Contoh
obatnya yaitu axol, HCT, furosemid. Senyawa ini
memiliki bioavailabilitas kecil. Biasanya obat golongan kelas ini tidak diserap
dengan baik melalui mukosa usus.
Untuk menentukan daya absorsi dari obat secara cepat dan
keseluruhan maka dikenal dengan istilah rate limiting stage. Rate limiting
stage berkaitan dan istilah disolusi dan permeasi. Dimana disolusi adalah
kemampuan obat melarut di dalam membran, sedangkan permeasi adalah kemampuan
obat masuk menembus plasma darah. Pada disolusi obat memiliki sifat lipofilik
sedangkan permeasi obat bersifat hidrofilik. Adapun Faktor-faktor dan sifat
obat hingga mencapai efek sistemik yaitu :
A. Faktor Fisiko pertimbangan
Pada
faktor ini terdapat beberapa pembagian diantaranya :
a.
Bersifat
lipofilik, sehingga mampu menembus membrane.
b.
Ukuran
molekul, semakin kecil ukuran molekul makan semakin mudah untuk terdispersi.
c.
Penentuan
pKa, ditujukan untuk menentukan tingkat asam dan basa.
d.
Stabilitas
kimia
B. Faktor Biologis
Pada
faktor ini terdapat dua pertimbangan yaitu :
a.
Transportasi,
proses difusi pasif dan aktif
b.
Gastrointestinal,
kemampuan penyerapan obat saluran pencernaan.
C. Bentuk Sediaan
Bentuk
sediaan yang cocok untuk obat dan kemampuan dalam memberikan efek lebih baik.
Koefisien
partisi merupakan rasio konsentrasi dari suatu senyawa dalam dua tahap, dari
dua campuran yang tidak saling larut dalam pelarut pada kesetimbangan.
Kemampuan dalam melintasi membrane yaitu berdasarkan pada besar dan kecilnya
dari koefisien partisi, dimana ketika semakin besar koefisien partisi maka
semakin sulit kelarutannya dalam air tetapi mudah larut dalam lipid sedangkan
sebaliknya jika semakin kecil koefisien partisi maka akan semakin mudah larut
dalam air dan pada lipid akan sulit untuk melarut.
Pada sistem matriks, terdiri dari
satu matriks, dan obat yang akan digunakan untuk tujuan sustained released. Terdapat dua tipe dari sistem matriks yaitu sistem
matrik hidrofilik dan sistem matriks yang tidak terlarut atau matriks inert. Pada system matriks hidrofilik obat terlarut dalam
pada polimer air sedangkan system matrik inert adalah obat yang terdapat pada
polimer tidak larut air.
2. PERMEABILITAS
MEMBRAN SEL
Permeabilitas membran yaitu kemampuan membran bertindak permeabel dapat dilalui
cairan atau gas secara difusi. Permeabilitas suatu membran juga dapat
menentukan materi yang dapat keluar ataupun masuk ke dalam sel. Ada 3 istilah
terkait dengan permeabilitas membrane sel yaitu :
a.
Impermeabel,
tidak ada material yang dapat melewatinya
b.
Permeabel,
segala materi dapat melewatinya.
c.
Selektif
permeabel, membran hanya dapat dilewati zat tertentu.
Sifat
senyawa peyusun membran sel yaitu :
A. Lipid
Lipid
pada membran sel terbagi menjadi 3 yaitu, fosfolipid, glikolipid, dan
kolesterol. Bagian dari lipid memiliki sifat ampiphatik yaitu memiliki bagian
kepala dan ekor, dimana bagian kepala memiliki muatan positif dan negative
(bersifat hidrofilik) sedangkan pada ekor tidak memiliki muatan (bersifat
hidrofobik).
B. Protein
Protein
pada membran sel terbagi menjadi 2 yaitu Protein
Integral, memiliki sifat hidrofobik yang daerah hidrofobik membentang sepanjang
interior hidrofobik membrane tersebut. Dan Protein
peripheral, tidak terikat pada lipid bilayer namun hanya terikat longgar pada
permukaan membran.
C.
Karbohidrat
Jika
karbohidrat berikatan dengan molekul protein yang besifat hidrofilik disebut
dengan glikoprotein, dan jika berikatan dengan lipid yang bersifat hidrofilik
disebut glikopolid.
Senyawa mengalami kesulitan melintasi membran karena
adanya interaksi antara membran sel yang memiliki ekor bagian dalam bersifat
hidrofobik (non polar) dengan molekul yang bersifat hidrofilik (polar). Ukuran
molekul yang terlalu besar juga menjadi penyebab sulitnya suatu senyawa
melintasi membran sel.
Molekul yang dapat melintasi lipid bilayer dengan
cepat adalah molekul kecil, larut dalam lipid dan hidrofobik seperti CO2
dan O2. Mekanisme senyawa melintasi lipid bilayer berdasarkan pada
jumlah molekul yang melintas terbagi menjadi 2 transport yaitu uniport dan
co-transport.
3.
LIPOSOM
Liposom adalah gelembung kecil atau vesikel yang terbuat dari
bahan yang sama sebagai membran sel.
Liposom dapat diisi dengan obat-obatan, dan digunakan untuk memberikan obat
untuk kanker dan penyakit lainnya.
Liposom dapat terdiri dari fosfolipid alami yang diturunkan
dengan rantai campuran lipid (seperti telur phosphatidylethanolamine), atau
komponen surfaktan murni seperti DOPE (dioleoylphosphatidylethanolamine). Liposom,
biasanya tetapi tidak
menurut definisi, mengandung inti dari larutan berair; lipid bola yang
tidak mengandung bahan berair yang disebut
misel, bagaimanapun, misel sebaliknya dapat dibuat untuk mencakup
lingkungan yang berair.
Adapun klasifikasi liposom yaitu :
Klasifikasi obat yang dapat dimasukan dalam liposom dilakukan
berdasarkan koefisien partisi minyak/dapar dan oktanol /dapar yaitu :
a.
Senyawa hidrofilik
(larut air) dengan harga
Kp rendah untuk minyak/dapar dan oktanol/dapar.
b.
Senyawa ampifatik,
yaitu Kp rendah untuk minyak/dapar dan Kp medium
sampai tinggi untuk Kp oktanol/dapar.
c.
Senyawa
lipofilik mempunyai Kp tinggi untuk minyak/dapar.
Metode pemasukan obat ke liposom dapat
dilakukan dengan dua cara :
a.
Masuk
ke membran liposom
b.
Fase
air dalam liposom
Obat yang
terjerat dalam membran
liposom mempunyai berat
molekul rendah dan tinggi. Obat
terjerat karena terjadi interaksi hidrofobik atau interaksi elektrostatik dan
atau campuran keduanya.
Adapun cara evaluasi dari bentuk liposom yaitu:
a.
Bentuk
fisik, ukuran dan tebal yang terbentuk
b.
Distribusi
ukuran partikel dengan menggunakan particle size analyzer
c.
Pelepasan
obat dari berbagai pH.
4. ETOSOM
Etosom
memiliki struktur dan bentuk yang sama dengan bentuk sediaan liposom akan
tetapi ukurannya lebih kecil. Bahan-bahan pembentuk
dari etosom yaitu fosfolipid, etanol, dan air. Etosom
berbentuk gelembung lunak, memiliki daya serap yang tinggi, mampu berpenetrasi
secara sempurna melalui kulit. Sediaan ini juga memiliki daya stabilitas yang
tinggi
Mekanisme penghantaran etosom yaitu Etanol pada sediaan etosom akan mengganggu struktur lipid
pada membran dengan menyusutkan ukuran dari lipid
membran akibatnya obat dapat dengan mudah berpenetrasi ke dalam membran dengan melewati celah-celah antar membran. Etosom juga dapat langsung menembus membran sel dengan melewati bagian lipofilik dari membran.
Adapun metode pembuatan etosom yakni
metode dingin, metode panas, metodde klasik dan metode dispersi mekanik.
5. NIOSOM
Niosom
adalah vesikel surfaktan non ionik seperti liposom yang mempunyai struktur bilayer
yang dapat menjerap senyawa hidrofobik, lipofobik dan ampifilik. Perbedaan mendasar dari niosom dan liposom yakni
pada liposom memiliki susunan dasar berupa fosfolipid,
sedangkan niosom tersusun atas surfaktan non ionik.
Adapun
keuntungan dari Niosom yaitu mempercepat
efek terapi, menurunkan efek samping, meningkatkan penetrasi dari senyawa yang terjerap
melintasi kulit. Niosom
dapat digunakan untuk obat-obat dengan berbagai rute diantaranya Rute oral,
transdermal, intravena, rute vaginal, dan rute opthalmik.
Komposisi
Niosom
yaitu dari komponen utama yang
digunakan yaitu kolesterol dan surfaktan non ionik. Dimana kolesterol berguna
untuk membentuk suatu bentuk yang kaku. Sedangkan untuk surfaktan non ionik
berperan dalam pembentukan niosom.
Metode
Formulasi yang sering digunakan dalam pembuatan Niosom yaitu :
a.
Metode
injeksi Ether
b.
Hand
shaking method (Thin Film hidrasi Teknik)
c.
Sonication
d.
Micro
fluidisasi
e.
Metode
ekstrusi Beberapa membran
f.
Reverse
Phase Evaporation Technique (REV)
g.
Trans
pH membran gradien (dalam asam) Obat
h.
"Bubble"
Metode
i.
Pembentukan
Niosom dari proniosom.
6. TRANSFEROSOM
Transferosom merupakan vesikel yang terdiri
dari fosfolipid sebagai bahan utama dan surfaktan 10-25% serta 3-10% etanol.
Kandungan surfaktan pada transferosom yang menyebabkan sistem pembawa obat
dengan transferosom bersifat elastis/fleksibel atau tersusun atas lapisan
lembut lipid bilayer yang bersifat biokompatibel/ampifilik sehingga dapat
berpenetrasi melewati stratum korneum hingga menembus sirkulasi sistemik
Karakteristik dari Transferosom.
Transferosom memiliki strukutur dari
gugus hidrofobik dan hidrofilik serta sebagai pada hasilnya dapat menampung
molekul obat dengan berbagai kelarutan.
Komposisi Transferosom Memiliki bagian
amphipatik (Fospatidikolin) adalah bahan yang ketika bercampur dengan air akan
membentuk suatu lipid bilayer yang menutup menjadi vesikel lipid yang
sederhana.
Metode Pembuatan Transferosom
Teknik Hidrasi Film Tipis dapat
dilakukan dengan metode berikut yaitu :
a. Suatu
Film tipis dibuat dari campuran vesikel
yang terbentuk dari bahan-bahan berupa posfolipid dan surfaktan dengan
melarutkannya pada pelarut yang mudah menguap yaitu kloroform-metanol. Pelarut
Organik diuapkan pada suhu transisi dari lipid (pada suhu ruangan untuk vesikel
murni dan untuk diparmitoyl phospatidyl kolin pada suhu 50oC) menggunakan rotary evaporator. Untuk
menghilangkan sisa pelarut disimpan dibawah vakum selama 1 malam.
b. Suatu
film tipis dihidrasi pada larutan buffer (6,5 pH) kemudian diaduk dengan
kecepatan 60 rpm selama 1 jam. Selanjutnya di letakkan pada suhu ruangan selama
2 jam dan hasilnya vesikel akan mengembang.
Kelebihan sistem pembawa transferosom:
a. komponen
bahan yang sama-sama terdiri dari gugus hidrofobik dan hidrofilik dan sebagai
hasilnya transfesosome dapat digunakan sebagai pembawa obat dengan berbagai
kelarutan.
b. Transferosom dapat merusak dan melewatiporiatau
celah (dari 5 sampai 10 kali lebih kecil
dari diameternya) tanpa merusak ukuran/bentuk awal hal
ini karena transferososme bersifat biokompatibel/elastis.
c. Digunakan untuk penghantaran obat secara
sistemik serta obat topikal.
Transferosome dapat digunakan
sebagai pembawa obat yang memiliki berat molekul yang rendah serta tinggi mis
analgesik, anestetik, kortikosteroid, hormon, antikanker, insulin, protein gapjunction,
dan albumin.
7.
POLI
(LAKTAT-CO-GLIKOLAT ASAM) PLGA-ROSOM
PLGA adalah suatu polyester alifatik
polimer yang terbentuk dari dua monomer yaitu asam laktat dan asam glikolat.
PLGA memiliki kelarutan pada pelarut tetrahidrofuran, aseton, etil asetat dan pelarut
diklorinasi. PLGA dapat digunakan pada sejumlah perangkat terapi seperti cangkok, jahitan,
implan dan perangkat prostetik.
PLGA memberikan sifat ideal bagi system
penghantaran berupa nanopartikel yang memberikan waktu paruh yang panjang.
Metode
pembuatan PLGA-rosome
Emulsi
adalah salah satu metode yang digunakan pada pembuatan PLGA dapat digunakan
untuk bahan obat hidrofobik dan hidrofilik dalam ukuran mikro atau bentuk skala nano. Secara singkat,
PLGA dilarutkan ke dalam fase organik (minyak) yang diemulsikan dengan
surfaktan atau stabilizer (air). Obat yang bersifat hidrofobik ditambahkan
langsung ke fase minyak, sedangkan obat hidrofilik (air) dapat menjadi emulsi
yang pertama dengan larutan polimer sebelum pembentukan partikel. Intensitas
tinggi semburan sonikasi memfasilitasi pembentukan tetesan polimer kecil.
Emulsi yang dihasilkan ditambahkan ke fase berair lebih besar dan diaduk selama
beberapa jam, yang memungkinkan pelarut menguap. Nanopartikel mengeras
dikumpulkan dan dicuci dengan sentrifugasi.
a. Kelebihan
1) Dapat
menghantarkan obat lebih baik.
2) Meningkatkan
efisiensi penghantaran obat.
3) Meningkatkan
efisiensi distribusi obat.
b. Kerugian
1) Susah
dalam penanganan
2) Tidak
cocok untuk skala dosis besar
3) Dapat
merusak bagian sel tubuh.
c. Komponen
bilayer lunak seperti surfaktan biocompatible sehingga membentuk lipid bilayer
yang fleksibel dan memiliki tingkat permeabilitas yang meningkat.
8. PATCH
Patch merupakan
sistem pembawa obat trasndermal yang bersifat fleksibel, mengandung satu atau
lebih bahan obat dengan berbagai ukuran.
Penggunaan sediaan ini dengan cara dilekatkan/ditempelkan pada permukan kulit.
a.
Adapun Karakteristik dari Patch yaitu :
1) Bobot
molekul dibawah < 500 dalton
2) Kelarutan
log P (1-3,5).
3) Waktu
paruh pendek
4) Indeks
terapi sempit.
5) Tidak
toksik pada kulit
6) Dosis
efektif yang rendah < 20 mg
b.
Adapun Komponen bahan yang terdapat pada
Patch yaitu :
1) Zat
aktif
2) Matriks
yang terdiri dari 2 polimer yang berbeda yaitu Hidrofilik yang menyiapkan pori untuk
dapat menampung zat aktif dan hidrofobik yang menahan pori-pori tersebut.
3) Resevoir
sebagai lapisan yang mengandung obat.
4) Membran
semipermeabel
5) Lapisan
Penyangga sebagai pelindung dari sediaan akibat pengaruh dari lingkungan
sekitar pada saat penyimpanan.
6) Release
Liner
7) Plasticizers
meningkatkan daya lekuk polimer.
c.
Mekanisme Patch
Partikel-partikel obat akan terlarut
dengan pelarut yang digunakan kemdian akan terbentuk molekul-molekul yang akan
berdifusi melewati barrier pada kulit dan akan berpenetrasi melewati barrier
dan selanjutnya akan masuk ke peredaran darah sistemik.
Metode pembuatan:
Terdapat 2 tipe
peembuatan patch:
1.
Tipe matriks, Terdapat lapisan
backing layer, campuran obat dan polimer, adhesive layer
2.
Tipe membran (reservoir), Terdapat lapisan backing layer, Larutan obat Control rate (pelepasan yang dikontrol), Adhesive layer
Adapun Metode
Pembuatan dari Patch yaitu Tipe membran (reservoir) dan Tipe Matriks, perbedaan yang terdapat pada kedua tipe ini yaitu pada tipe
matriks menggunakan suatu matriks hidrofilik atau hidrofobik untuk menahan
senyawa aktif dalam patch itu sendiri sebelum digunakan dan tidak memiliki
lapisan reservoir karena telah menyatu dengan matriks, sedangkan pada tipe
membran menggunakan membran semipermeabel sebagai penahan dari zat aktif
sebelum di gunakan dan memiliki lapisan reservoir karena zat aktif dan membran
semipermeabel tidak menyatu.
Proses Difusi dari
zat aktif obat ketika melewati stratum korneum terbagi menjadi dua yaitu Rute
Transseluller tanpa melewati pori-pori dari kulit dan langsung berdifusi masuk
kedalam kulit karena adanya suatu membrane yang membantu dalam proses penetrasi
sedangkan Rute Intraceluller harus melewati pori-pori karena zat aktif menyatu
dengan matriks bersifat hidrofilik sehingga melewati
Adapun kelebihan dan kekurangan
dari bentuk sediaan patch, yaitu:
a.
Kelebihan sediaan
patch
·
Menghindari kesulitan obat diabsorpsi pada
saluran cerna yang disebabkna oleh perbedaan Ph, aktivitas enzim dan interaksi
obat dengan makanan.
·
Menghindari penggunaan obat secara oral
·
Tidak mengalami first pass efek
·
Memudahkan dalam penggunaan obat khususnya
dalam keadaan darurat (seperti pada pasien tidak sadar)
b.
Kekurangan
sediaan patch
·
Tidak cocok digunakan pada
obat-obat yang dapat mengiritasi kulit
·
Hanya ditujukan pada obat-obat yang
bersifat oimpermeabel sehingga memungkinkan untuk sediaan dalam rute melalui
kulit
·
Terbatas hanya untuk obat yang memiliki
ukuran < 500 dalton.
9.
GASTRORETENTIVE
DRUG DELIVERY SYSTEM
Gastroretentive drug delivery system adalah
adalah suatu system penghataran obat dimana obat tersebut tertahan dalam
saluran pencernaan khususnya pada lambung guna untuk memperpanjang waktu
pemakaian. Sistem ini sangat membantu dalam terapi tukak peptic.
Untuk obat-obat yang diabsorbsi pada bagian proksimal saluran pencernaan. Gastroretentive
dapat dilakukan untuk obat yang diabsorpsi pada lambung (Levodopa, dan
Furosemida), untuk obat yang bereaksi local pada lambung (Antasida), Untuk obat
yang memiliki kelarutan buruk pada pH basa (Salbutamol), dan obat yang
terdegradasi pada kolon (captopril).
Adapun macam-macam
sediaan Gastroretentive yaitu :
a. Floating
Drug Delivery Sistem
Sistem ini memiliki densisitas bulk yang
rendah daripada isi lambung, sehingga
dapat mengapung dalam lambung dalam periode waktu yang diperpanjang.
Terdapat 2 teknik dari Floating yaitu :
1) Teknik
Effervescent, dimana dengan adanya bantuan oksigen maka sediaan akan langsung
mengapung.
2) Teknik
non effervescent menggunakan gel koloida yang mengembang pada permukaan sediaan
sehingga membantu untuk mengapung.
b. Bioadhesive
DDS
Pada sistem sediaan akan melekat pada
mukosa lambung dan akan member waktu retensi yang panjang.
c. Expandable
DDS
Dimana ketika cairan dalam lambung
berkontak dengan sediaan akan membuat sediaan tersebut langsung mengembang
menjadi ukuran lebih besar sehingga memberikan retensi lambung yang tercapai.
System ini terbagi menjadi 2 yaitu unfoldable system dan swelable system
d. Super
Porous Hidrogel
Hidrogel
super porous ini mengembang menjadi ukuran yang seimbang karena sifat mereka
yang cepat menyerap air dengan pembasahan kapilar melalui pori-pori mereka.
e. Magentic
system
Pada
sistem ini bentuk sediaan mengandung magnet internal kecil yang ditempatkan
secara eksternal di atas perut. Karena teknik ini bentuk sediaan dengan magnet
internal ditahan dalam daerah perut sampai magnet eksternal terlepas.
f. High
Density System
Sistem
ini mempunyai densitas lebih besar daripada cairan lambung (1.4 g/cc). Sekitar
1.6 g/cc lebih disukai, cenderung bertahan pada pergerakan peristaltik lambung.
Aplikasi GDDS
:
a. Obat-obatan
yang diabsorbsi dari lambung (ex: Levodopa, Furosemide).
b. Beraksi
secara lokal di dalam lambung (Antacids, Antiulcer and Enzymes).
c. Terapi
antibiotik.
d. Obat-obatan
yang kelarutannya buruk pada pH basa (ex: Diazepam, Salbutamol)
e. Obat-obatan
yang terdegradasi di kolon (ex: Captopril, Ranitidine, Metronidazole)
f. Obat-obatan
yang memiliki jendela absorpsi sempit.
Keuntungan
a.
Meningkatkan
absorpsi obat, karena meningkatkan GRT dan meningkatkan waktu.
b.
kontak
bentuk sediaan pada tempat absorpsinya. Obat dihantarkan secara terkontrol.
Penghantaran obat untuk aksi lokal di lambung.
c.
Meminimalkan
iritasi mukosa oleh obat, dengan melepaskan obat secara lambat pada laju yang
terkontrol.
d.
Treatment gangguan gastrointestinal seperti refluks gastroesofagus
e.
Mudah
diberikan dan pasien merasa lebih nyaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
gastro retensi
a.
Bentuk:
grt lebih baik dimiliki oleh perangkat berbentuk tetrahedron dan berbentuk
cincin.
b.
Bentuk sediaan tunggal atau multi-unit: bentuk sediaan
multi-unit menunjukkan efek yang lebih baik dibandingkan bentuk sediaan unit
tunggal.
c.
kandungan
kalori: makan yang banyak bertanggung jawab terhadap peningkatan GRT.
d.
usia:
orang yang lebih tua memiliki GIT lebih panjang secara signifikan
e.
postur:
GRT dapat bervariasi antara posisi pasien tegak dan terlentang.